Minggu, 22 Juli 2012


7 komentar Blogger :

di artikel Cara Menambahkan Widget Baru di Blog Klik tombol di bawah ini untuk melihat komentar. Jika anda ingin memberi komentar, jangan klik "PENASARAN"

Rabu, 21 Desember 2011

JENIS DAN CARA PEMBIBITAN KEMIRI


JENIS DAN CARA PEMBIBITAN KEMIRI

Kemiri (Aleurites moluccana  Wild.) atau candle nut adala salah satu tanaman industri dari famili Euphorbiaceae (Lawrence, 1964) yang tersebar didaerah tropik dan subtropik (Purseglove, 1981). Kemiri merupakan bahan dasar cat, pernis, tinta, sabun, pengawet kayu, minyak rambut dan
bahan pembatik, sedang isi biji sebagai bumbu masak (Heyne, 1987). Selain itu menurut Hadad dan Suryana (1995) dapat juga sebagai obat kulit, obat pinggang, sakit kepala, demam, borok, bisul, disentri, dan sariawan.
Menurut WIT dalam Hadad dan Suryana (1995) tanaman kemiri telah menyebar ke berbagai negara di dunia.  Pada tahun 1905 kemiri yang berasal dari Cina ditanam di Amerika Serikat dan tahun 1925 – 1930 menyebar ke berbagai belahan dunia, antara lain ke Rusia, Argentina, Brazil, Madagaskar, Paraguay, Afrika Selatan dan Australia.  Kemiri masuk ke Indonesia antar tahun 1930-1933 yaitu jenis A. Montana dan A. fordii. Jenis ini tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra. Kemiri yang banyak terdapat di Indonesia saat ini adalah jenis  A. moluccana. Jenis  A. moluccana Wild berasal dari malayssia. Tanaman kemiri banyak ditanam di Indonesia, yaitu Propinsi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan   Timur  Kalimantan Barat,    Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku merupakan daerah-daerah dimana kemiri ditanam (Tabel 1). Daerah yang paling banyak pertanaman kemirinya adalah Propinsi Nusa Tenggara Timur (luas area 84.941 hektar dan produksi 1.390 ton) diikuti oleh propinsi Sulawesi Selatan (luas area 52.722 hektar dan produksi 26.194 ton), Aceh (luas area 23.645 hektar dan mproduksi 16.671 ton), Sumatra Utara (luas area 15.680 hektar dan produksi 8.1771 ton)  dan propinsi lainnya.
Teknologi budidaya tanaman kemiri yang selama ini dilakukan dalam mendukung pengembanganya masih dirasakan kurang.  Selain itu pengembangan tanaman kemiri pada daerah-daerah yang sesuai dengan didukung teknologi yang efisien dan mampu meningkatkan produktivitas tanaman sangatlah diperlukan.  Pengembangan tanaman didaerah yang sesuai berarti menekan pula berbagai biaya yang diperlukan dalam ber-usahatani tanaman kemiri. Selain itu pengembangan tanaman kemiri di daerah yang sesuai akan terhindar dari berbagai kemungkinan yang merugi-kan, seperti munculnya hama dan penyakit.
Bahan tanaman Budidaya Kemiri
Dalam upaya membibitkan kemiri terlebih dahulu biji diupayakan berkecambah. Perkecambahan meru-pakan awal dari fase pertumbuhan benih atau biji bahan tanaman. Pada fase ini kondisi pertumbuhan yang laten dari lembaga didalam benih akan berubah menjadi aktif dengan diawali oleh adanya imbibisi air, aktivasi enzyme-enzim, translokasi cadangan makanan dari endosperm diikuti oleh awal pertumbuhan embrio, retaknya kulit benih dan pemunculan kecambah (Sadjad, 1989  dalam Wahid, 1991). Imbibisi merupakan proses penyerpan air secara fisik yang tergantung kepada 3 faktor yaitu (1) komposisi benih, (2) ketersediaan air dan (3) permeabilitas kulit benih (Wahid, 1991).
Ada beberapa metode perkecambahan benih kemiri yaitu ketok pukul, kikir asah, rendam dalam larutan kimia, dan pembakaran. Perendaman dalam larutan KNO3 -0.2 % selama 30 menit dan pembakaran dibawah mulsa jerami/alang-alang merupakan metode baru.
1.Ketok paku
Metode yang dimaksud adalah dengan mengetok atau memukul benih pada bagian kepalanya yang runcing (Anon, 1988). Pemukulan ataau pengetokan kepala dapat dilakukan dengan batu, martil atau benda tumpulm lainnya dengan hati-hati dan tidak dilakukan terlalu keras (supaya tidak hancur).
2. Kikir-asah
Pengikiran dilakukan dengan menggunakan kikir, batu asahan ataupun permukaan benda keras yang kasar seperti batu.
3. Rendam dalam larutan kimia Benih yang akan disemai dimasukan ke dalam ember plastic kemudian disiram dengan larutan H2SO4 pekat hingg terendam seluruhnya selama 15 menit atau menggunakan KNO3 0.2 % (2 g KNO3 yang dilarutkan dalam 1 liter air).
4. Pembakaran
Pada metode ini, benih terpilih (masak fisioligis) berasal dari biji berbuah dua, bukan yang berbiji tunggal. Biji disemai pada bedengn dengan jarak 5 cm dan sedikit ditekan tetapi tidak terendam, sehingga bagian punggung benih masih terlihat, kemudian ditutupi dengan mulsa jerami atau alang-alang kering serata mungkin dengan ketabalan kurang lebih 3-10 cm. Selanjutnya dilakukan pembakaran mulsa mulai dari salah satu ujung persemaian.
5. Persiapan lahan
Sebelum tanaman ditanam terlebih dahulu dilakukan pengolahan tanah. Tanah yang telah diolah dibuat lobang tanam dengan ukuran lebar 50 cm, panjang 50cm dan dalam 50 cm dengan jarak tanam 4 x 4 m hingga 8 x 8 m tergantung kondisi lahan dan kesuburan lahan.
Penanaman dan pemeliharaan
Penanaman bibit kemiri dilakukan pada awal musim hujan.  Bibit ditanam pada lubang yang telah disiapkan.  Penyiangan diperlukan bila di sekitar tanaman tumbuh gulma.  Adanya gulma dapat mengakibatkan persaingan dalam mengambil zat hara dalam tanah.  Penyiangan dilakukan di sekitar pohon saja.  Untuk tanaman dewasa atau yang sudah berbuah penyiangan gulma atau alang-alang akan mempermudah dalam pemungutan hasil, karena buah yang jatuh ke tanah akan nampak.  Pemupukan dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organic atau buatan.  Penanaman di lapangan dilakukan dengan melepas atau membuang polibag secara hati-hati.  Usahakan tanah dalam polibag dalam kondisi utuh tidak pecah berderai, sehingga akan menyebabkan pertumbuhan kemiri akan terganggu.

Minggu, 18 Desember 2011

Hama dan Penyakit Yang Biasanya Menyerang Tanaman Karet


Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Karet

Hama dan penyakit perkebunan karet membuat hasil kebun karet dari masa tanam sampai masa panen tidak sesuai yang di rencanakan.
Berikut ini beberapa hama dan penyakit pada tanaman karet :
1. Hama
- Kutu
Hama ini sangat banyak jenisnya pada umumnya menyerang tanaman karet yang masih kecil yang menghambat pertumbuhan untuk menjadi besar dan subur,karena zat-zat yang terdapat dalam batang serta daun di hisap secara simultan yang pada akhirnya karet menjadi mati secara berlahan.Tanaman karet gejala kuning pada daun serta layu yang berguguran.
- Rayap
Rayap pada umumnya mulai menyerang tanaman karet mulai dari akar yang mati serta pangkal kayu yang ada di sekitar batang karet
- Babi dan monyet
Untuk petani yang membuka lahan yang masih banyak hutan di sekitar perkebunan karet hama jenis ini sangat banyak sekali di temui hewan jenis ini ,tidak hanya tanaman karet yang di serang tetapi jenis tanaman lain hampir sama.hama jenis ini memakan dan mematahkan pucuk muda pada tanaman karet terkadang juga bisa di patahkan sampai pangkal batang karet.
2. Penyakit
- Jamur akar
Jamur jenis ini yang banyak di temui pada tanaman karet pada umumnya :
• Jamur putih
• Jamur merah
• Jamur Upas
Tingkat pertama yang di serang pada akar karet yang berdalam di dalam tanah untuk melihat gejala ini kalau di gali pada bagian pangkal batang karet akan terlihat jamur yang menyerang akar baik itu karet yang kecil mau pun yang sudah besar siap panen.
- Penyakit batang karet
Pada cabang karet yang sering jadi sasaran jenis penyakit jamur ini yang berperan mengakibatkan sering patah pada cabang pohon karet sehingga cepat patah.
- Bidang sadap
Penyakit pada bidang sadap sering di sebut dengan kanker bercak atau kanker garis. Terjadi penggumpalan getah karet pada bidang sadap.
- Mati kulit atau kering alur sadap
Yang di maksudkan di sini adalah tidak ada nya getah yang maksimal pada bidang sadap saat di lakukan penyadapan pada batang karet. hanya gumpalan kecil di sertai air dari bidang sadap batang karet.
Mati kulit atau kering alur sadap pada tanaman karet di sebabkan beberapa faktor :
• Klon Bibit yang tidak bagus
• Kurang pemeliharaan dari saat tanam sampai tahap panen
• Lahan yang kurang subur
• Dan lain sebagai nya

Hama Dan Penyakit Yang Biasanya Menyerang tanaman Sawit


Hama dan Penyakit Kelapa Sawit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman 
A. Penyakit
1. Penyakit Akar (Blast disease)
Gejala serangan :
- Tanaman tumbuh abnormal dan lemah
- Daun tanaman berubah menjadi berwarna kuning
Penyebab :
Jamur (Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp.)
Cara pengendalian :
- Melakukan kegiatan persemaian dengan baik
- Mengatur pengairan agar tidak terjadi kekeringan di pertanaman
2. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Basal stem rot/Ganoderma)
Gejala serangan:
- Daun berwarna hijau pucat
- Jamur yang terbentuk sedikit
- Daun tua menjadi layu dan patah
- Dari tempat yang terinfeksi keluar getah
Penyebab :
Jamur Ganoderma applanatum, Ganoderma lucidum, dan Ganoderma pseudofferum.
Cara pengendalian  dan pencegahan :
- Membongkar tanaman yang terserang dan selanjutnya dibakar
- Melakukan pembumbunan tanaman
3. Penyakit Busuk Batang Atas (Upper stem rot)
Gejala serangan:
- Warna daun yang terbawah berubah dan selanjutnya mati
- Batang yang berada sekitar 2 m di atas tanah membusuk
- Bagian yang busuk berwarna cokelat keabuan
Penyebab :
Jamur Fomex noxius.
Cara pengendalian :
- Melakukan pembongkaran tanaman yang terserang dan membuang bagian tanaman yang terserang
- Bekas luka selanjutnya ditutupi dengan obat penutup luka
4. Penyakit Busuk Kering Pangkal Batang  (Dry basal rot)
Gejala serangan :
Tandan buah membusuk dan pelepah daun bagian bawah patah.
Penyebab :
Jamur Ceratocytis paradoxa.
Cara pengendalian :
Membongkar tanaman yang terserang hebat dan selanjutnya dibakar.

5. Penyakit Busuk Kuncup (Spear rot)
Gejala serangan:
Jaringan pada kuncup (spear) membusuk dan berwarna kecokelatan.
Penyebab :
Belum diketahui dengan pasti.
Cara pengendalian : Memotong bagian kuncup yang terserang
6.Penyakit Busuk Titk Tumbuh (Bud rot)
Gejala serangan :
- Kuncup tanaman membusuk sehingga mudah dicabut
- Aroma kuncup yang terserang berbau busuk
Penyebab :
Bakteri Erwinia.
Cara pengendalian :
Belum ada cara efektif untuk memberantas penyakit ini.
7. Penyakit Garis Kuning (Patch yellow)
Gejala serangan:
Terdapat bercak daun berbentuk lonjong berwarna kuning dan di bagian tengahnya berwarna cokelat.
Penyebab :
Jamur Fusarium oxysporum
Cara pengendalian :
Melakukan inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.  Hal ini bertujuan agar serangan penyakit di persemaian dan pada tanaman muda dapat berkurang.
8. Penyakit Antraknosa (Anthracnose)
Gejala serangan :  
- Terdapat bercak-bercak cokelat tua di ujung dan tepi daun
- Bercak-bercak dikelilingi warna kuning
- Bercak ini merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan yang terserang
Penyebab :  
Jamur Melanconium sp., Glomerella cingulata, dan Botryodiplodia palmarum.
Cara pengendalian :
- Melakukan pengaturan jarak tanam, penyiraman secara teratur dan pemupukan berimbang
- Tanah yang menggumpal di akar harus disertakan pada waktu pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan utama.
Pengaplikasian Captan 0,2% atau Cuman 0,1%.
9. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Gejala serangan :  
Helai daun bagian tengah pelepah berukuran kecil-kecil dan sobek.
Penyebab:
Sifat genetik yang diturunkan dari tanaman induk.
Cara pengendalian :
Melakukan seleksi terhadap tanaman induk yang bersifat karier penyakit ini.
10. Penyakit Busuk Tandan (Bunch rot)
Gejala serangan:
Terdapat miselium berwarna putih di antara buah masak atau pangkal pelepah daun.
Penyebab :
Jamur Marasmius palmivorus.
Cara pengendalian :
Melakukan kastrasi, penyerbukan buatan dan menjaga sanitasi kebun, terutama pada musim hujan.
Pengaplikasian difolatan 0,2 %.
B. Hama
1. Nematoda (Rhadinaphelenchus cocophilus)
Gejala serangan :
- Daun terserang menggulung dan tumbuh tegak
- Warna daun berubah menjadi kuning dan selanjutnya mengering.
Cara pengendalian:
- Pohon yang terserang dibongkar dan selanjutnya dibakar
- Tanaman dimatikan dengan racun natrium arsenit
2. Tungau (Oligonychus sp.)
Gejala serangan :
Daun yang terserang berubah warnanya menjadi berwarna perunggu mengkilat (bronz).
Cara pengendalian :
Pengaplikasian akasirida yang mengandung bahan aktif tetradifon 75,2 g/l.
3. Pimelephila ghesquierei
Gejala serangan :  
Serangan menyebabkan lubang pada daun muda sehingga daun banyak yang patah.
Cara pengendalian :    
- Serangan ringan dapat diatasi dengan memotong bagian yang terserang
- Pada serangan berat dilakukan penyemprotan parathion 0,02%.
4. Ulat api (Setora nitens, Darna trima dan Ploneta diducta)
Gejala serangan :
Daun yang terserang berlubang-lubang. Selanjutnya  daun hanya tersisa tulang daunnya saja.
Cara pengendalian :
Pengaplikasian insektisida berbahan aktif triazofos 242 g/l, karbaril 85 % dan klorpirifos 200 g/l.
5. Ulat kantong (Metisa plana, Mahasena corbetti dan Crematosphisa pendula)
Gejala serangan:
- Daun yang terserang menjadi rusak, berlubang dan tidak utuh lagi
- Selanjutnya daun menjadi kering dan berwarna abu-abu.
Cara pengendalian :
Pengaplikasian timah arsetat dengan dosis 2,5 kg/ha atau dengan insektisida berbahan aktif triklorfon 707 g/l, dengan dosis 1,5-2 kg/ha. 6.  Belalang Valanga nigricornis dan Gastrimargus marmoratus
Gejala serangan: 
Terdapat bekas gigitan pada bagian tepi daun yang terserang.
Cara pengendalian :  
Pengendalian dapat dilakukan dengan mendatangkan burung pemangsanya.
7. Kumbang Oryctes rhinoceros
Gejala serangan :
Daun muda yang belum membuka dan pada pangkal daun berlubang-lubang.
Cara pengendalian :
Menggunakan parasit kumbang, seperti jamur Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes
Melepaskan predator kumbang, seperti tokek, ular dan burung.
8. Ngengat Tirathaba mundella (penggerek tandan buah)
Gejala serangan:
Terdapat lubang-lubang pada buah muda dan buah tua.
Cara pengendalian :
Pengaplikasian insektisida yang mengandung bahan aktif triklorfon 707 g/l atau andosulfan 350 g/l.
9. Tikus (Rattus tiomanicus dan Rattus sp.)           
Gejala serangan: 
- Pertumbuhan bibit dan tanaman muda tidak normal
- Buah yang terserang menunjukkan bekas gigitan.
Cara pengendalian :
Melakukan pengemposan pada sarangnya atau mendatangkan predator tikus, seperti kucing, ular dan burung hantu.

sejarah perkebunan karet di indonesia


Tanaman karet merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Riau. Dalam bahasa lokal karet di sebut getah, sama dengan nama yang digunakan di semenanjung Malaya. Bagi saya, menarik untuk mengenal sejarah perkebunan karet di Riau.
Perkembangan Perkebunan Karet tak dapat dipisahkan dari adanya krisis tembakau dan kopi yang menjadi komoditas andalan pemerintah kolonial Hindia Belanda, mendorong pemerintahan Hindia Belanda untuk membangun perkebunan karet. Pada tahun 1864, Perkebunan Karet mulai diperkenalkan dan dikembangkan di Indonesia, dengan pertama kali dibuka di daerah Pamanukan dan Ciasem (Jawa Barat) oleh Hofland perusahaan Belanda. Jenis tanaman karet yang ditanam di waktu itu adalah karet “rambung” (Ficus elastica). Dan karet jenis Hevea brasiliensis baru ditanam di Sumatera Timur, tahun 1902. Perkebunan Karet di Indonesia lebih berkembang setelah Netherlands Indies membuka pintu bagi para investor asing, terutama dari Inggris, Belanda dan Belgia serta Amerika. Seiring dengan itu, pemerintah Hindia Belanda untuk pertama kalinya memperkenalkan sistem perkebunan besar (modern) yang dibuka di daerah Indragiri pada 1893.
Selanjutnya disusul oleh perkebunan perkebunan lainnya. Sehingga pada 1915, di seluruh Kepulauan Riau, Indragiri dan Kuantan terdapat 12 onderneming. Tanah-tanah erfpacht yang luas di Japura, Kelawat, Sungai Lala, Sungai Parit, Gading, Air Molek dan Sungai Sagu, kemudian dimanfaatkan untuk ditanami pohon karet.
Seiring dengan perkembangan permintaan karet-alam Dunia, terutama setelah adanya pengaruh “boom” harga karet-alam setelah PD II. Perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat (perkebunan rakyat) sudah terlebih dahulu di kenal masyarakat Riau, bahkan jauh sebelum diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Petani mendapatkan benih atau bibit tanaman karet dari para jemaah haji yang singgah di Malaysia atau Singapura. Perantau Kuantan di Semenanjung Malaya juga dipercaya sebagai pembawa bibit karet. Sejarah mencatat orang Kuantan - Riau ramai yang merantau ke Semenanjung Malaya terutama akhir abad XIX dan awal abad XX, yang dikenal sebagai “poi ke Kolang”. Di semenanjung Malaya, sebagian perantau Kuantan ada yang berkebun Karet. Selain itu pedagang-pedagang Cina/ tauke (Malaysia dan Singapura) yang membeli produksi karet-rakyat, juga sering membawakan benih-benih karet untuk ditanam. Karena itu tanaman karet sudah merupakan bagian dari budaya kehidupan para petani di Riau. Selain didukung oleh kondisi alam, juga sistem pertanian-kebun bagi masyarakat Riau merupakan suatu bentuk adaptasi di bidang pertanian, karena cengkraman iklim dan kesuburan tanah di Riau yang tidak sebaik di Jawa yang sarat dengan intensifikasi tanaman pangan, maka subsektor perkebunan di Propinsi Riau melaju lebih cepat dibanding dengan sektor pertanian tanaman pangan.
Jadi budaya pertani-kebun yang mendasari kehidupan penduduk di Riau adalah kehidupan pertanian yang berpusat pada lahan kering. Sehingga tanaman-tanaman utama yang telah lama menjadi kesukaan dan setting budaya mereka adalah tanaman karet dan kelapa. Sejarah perkembangan perkebunan karet Inderagiri didominasi oleh perusahaan perkebunan milik pemerintah kolonial ataupun swasta. Perkebunan Karet ini menjadi salah satu daya tarik perantau Jawa untuk migrasi ke Inderagiri dan bekerja di Perkebunan Karet (selain pertambangan minyak).
Tidak heran daerah perkebunan Karet di Inderagiri terutama Airmolek dan sekitarnya bertumbuh menjadi daerah yang multietnik, dengan proporsi penduduk dari suku Jawa cukup besar, jauh sebelum pemerintah menyelenggarakan program transmigrasi. Jejak kejayaan Perkebunan Karet di daerah Airmolek pada masa lalu di antaranya adalah Rumah Sakit Plantagen, milik salah satu Perusahaan Karet pada masa itu. Terakhir saya melihat Rumah Sakit yang sudah menjadi bangunan kosong tak terawat pada tahun 2002. Mudah-mudahan bangunan RS itu masih eksis dan alangkah baiknya bila dikonservasi dan dijadikan benda cagar budaya.
Sementara itu di Kuantan, perkembangan Perkebunan Karet didominasi oleh Perkebunan Rakyat, dengan latar belakang sejarah seperti diuraikan di atas. Baru kemudian pada era 1990an perkebunan rakyat tersebut mendapat perhatian serius pengembangannya oleh pemerintah melalui program Small Holder Rubber Development Project (SRDP).
Mesin Penggiling Getah Untuk Mengolah Getah Keping...Klasik